Kabut Tebal Selimuti Bandara SSK II Pekanbaru, Penerbangan ke Jakarta Delay 40 Menit

Senin, 13 Oktober 2025 | 09:00:08 WIB
Kabut tebal selimuti Pekanbaru

PEKANBARU (RA) – Aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Senin pagi (13/10/2025), sempat terganggu akibat kabut tebal yang menyelimuti kawasan bandara. Kondisi ini menyebabkan keterlambatan penerbangan pertama menuju Jakarta.

General Manager Bandara SSK II Pekanbaru, Achmad, menyampaikan bahwa pesawat Batik Air ID 7066 dengan rute Pekanbaru–Halim Perdanakusuma (PKU–HLP) baru dapat lepas landas pada pukul 06.45 WIB, atau sekitar 40 menit dari jadwal semula.

"Operasional penerbangan pagi ini sempat mengalami sedikit delay karena adanya kabut yang cukup tebal. Namun secara keseluruhan situasi di Bandara SSK II Pekanbaru tetap aman dan kondusif," ujar Achmad.

Ia menjelaskan, pada pukul 06.00 WIB jarak pandang di area bandara hanya sekitar 500 meter, sehingga belum memungkinkan untuk dilakukan penerbangan. "Sekitar pukul 06.30 WIB jarak pandang mulai meningkat dan penerbangan dapat kembali dilakukan secara bertahap," tambahnya.

Pihak otoritas bandara bersama AirNav Indonesia terus melakukan pemantauan intensif terhadap kondisi cuaca. "Keselamatan penerbangan tetap menjadi prioritas utama kami. Saat ini seluruh penerbangan sudah kembali normal," jelas Achmad.

Sementara itu, Prakirawan BMKG Pekanbaru, Mari Frystine, menjelaskan bahwa fenomena kabut tersebut merupakan kabut radiasi yang umum terjadi pada pagi hari, terutama saat kondisi udara tenang dan kelembapan tinggi.

"Kabut terbentuk ketika uap air di udara mendingin dan berubah menjadi butiran air halus yang melayang di dekat permukaan tanah. Proses ini mirip seperti embun di kaca ketika terkena udara dingin, hanya saja terjadi di udara terbuka," terang Mari.

Ia menambahkan, kabut mulai muncul pada dini hari, ketika suhu udara turun drastis dan kelembapan mencapai titik tinggi. "Saat suhu udara mendekati titik embun, yaitu suhu di mana uap air mulai mengembun, kabut pun mulai terbentuk. Kondisi ini biasanya akan berangsur hilang setelah matahari terbit dan suhu udara meningkat," pungkasnya.

Tags

Terkini